![]() |
Jakarat Fashion Week. |
Hadirnya para perancang busana internasional di ajang ini, dimanfaatkan oleh perancang busana muda Indonesia agar bisa dikenal di kancah internasional.
Ajang pekan mode terbesar di Indonesia, Jakarta Fashion Week atau JFW, terus
mengalami perkembangan pesat dan menjadi ajang pertemuan para desainer terpilih
Tanah Air untuk memamerkan karya-karya mereka. Menginjak tahun kesembilan, Jakarta Fashion Week 2017 (JFW) diharapkan dapat membawa karya busana Indonesia menjadi tren di tingkat regional bahkan dunia.
Acara mode JFW
2017 yang digelar 22-28 Oktober 2016 lalu, diikuti ratusan perancang busana Indonesia dan dunia. Acara yang digelar pertama kali pada tahun 2008 ini, juga memberi warna yang semakin kuat dalam laju pesat
industri mode Indonesia.
Panitia
mengklaim sebanyak 200 desainer ikut meramaikan ajang promosi
tren busana terbesar di Indonesia itu. Para desainer yang ikut dari kalangan
desainer muda dan desainer yang namanya telah dikenal dunia mode Tanah Air.
Demikian juga dengan desainer dari luar negeri. Pesertanya terus bertambah
dengan menampilkan merek-merek ternama yang digandrungi kalangan atas
Indonesia.
Hadirnya para perancang busana internasional di ajang ini pun
dimanfaatkan oleh perancang busana muda Indonesia agar bisa dikenal di kancah
internasional. JFW juga selalu mengenalkan budaya dan fashion lokal seperti
batik dan tenun kepada perancang busana internasional, yang kemudian
dikolaborasikan menjadi paduan busana yang apik dan kekinian.
Creative Director Jakarta Fashion Week 2017 Ai Syarif mengatakan bahwa pagelaran JFW 2017 ini merupakan wadah bertukar
ide antar perancang busana dari dalam dan luar negeri. Karya-karya perancang
yang ditampilkan diharapkan akan menjadi trendsetter busana di tahun 2017. "Ini adalah salah satu wadah untuk desainer
Indonesia untuk tampil dan dikenal ke mancanegara. Banyak yang terkenal setelah
mengikuti JFW ini," ujar Ai, belum lama ini.
Ai menambahkan, desainer asing yang tampil tahun ini berasal dari
Jepang, Korea, Amerika Serikat, India, Thailand, Swedia, dan Australia.
"Desainer Indonesia juga kami sediakan tempat khusus untuk bisa memamerkan
karya mereka kepada desainer internasional di lantai 8," ujarnya.
Tempat khusus itu adalah showcase di Fashionlink di hall lantai 8 dan
Indonesia Fashion Forward di lantai 2, Senayan City. Kedua tempat itu dijadikan
etalase karya-karya desainer muda Indonesia yang bisa dinikmati, terutama untuk
kalangan pembeli dari luar maupun dalam negeri.
Untuk menampilkan busana-busana tersebut, Ai menjelaskan ada 100 lebih
model laki-laki dan perempuan diseleksi secara ketat dari 900 model yang
mendaftar baik dari dalam dan luar negeri. Selain itu, para model itu dipilih
oleh tim audisi khusus dengan mencari ke berbagai agensi untuk mendapatkan
model yang sesuai kriteria. Salah satu syarat yang harus dipenuhi, model
perempuan harus bertinggi badan minimal 170 sentimeter. Sedangkan laki-laki
harus mencapai 180 cm.
"Kalau JFW yang berpartisipasi makin banyak. Indonesia Fashion
Forward juga makin inovatif gayanya. Di luar negerinya juga sangat banyak,
tahun lalu kita ke Korea membawa IKYK (I Know You Know) salah satu merek
fashion," jelas Ai.
Ai menjelaskan, JFW kali ini ingin menonjolkan tren busana di Asia
Tenggara khususnya di Indonesia setahun ke depan. Semua desainer tidak dibatasi
tema tertentu. "Kalau pakai tema, desainer sulit untuk bisa menonjolkan
yang mereka miliki untuk bisa ditampilkan," tukasnya.
Selama ini, lanjut dia, perwakilan dari Indonesia rajin mengikuti
berbagai pekan mode di luar negeri seperti New York, Paris, Tokyo, dan Kuala
Lumpur.
Sementara Direktur JFW 2017, Leni Tedja pun mengatakan dari 200 desainer
yang terlibat tahun ini, hampir 75 persennya adalah desainer muda. "Brand
(merek) yang baru 70-80 persen. Desainer seniornya justru bisa dihitung pake
tangan," jelas Leni.
Di Asia Tenggara, kata Leni, JFW sudah diakui dan menjadi trendsetter
mode. "Kalau Asia Tenggara ya memang sudah, karena tujuan kita kan seperti
itu ya," ujarnya.
JFW juga menjadi incaran para desainer luar negeri untuk mengenalkan
produk fashion terbarunya. Di sisi lain, desainer asing datang ke JFW untuk
melihat besarnya potensi dan kekayaan fashion Indonesia yang mempunyai ciri
khasnya yakni dengan batik. Hal itu diakui salah satu desainer asal Korea
Selatan yang juga creative director dari merek fashion 'Twee', Kim Hye Jin.
Dia menceritakan kedatangannya ke ajang JFW 2017 selain untuk menjual
produknya, juga ingin berkolaborasi dengan desainer muda Indonesia untuk mengembangkan
pasar fashion di Asia. "Saya ingin mengajak desainer muda Indonesia untuk menjual hasil
desainnya di beberapa department store khususnya di Asia. Dari situ kita ikut
mengembangkan tren fashion Asia," ujar Kim. (Suryati)
0 Komentar