Walikota Depok saa meresmikan kampung pembauran. |
Program kampung pembauran ialah mengimplementasikan gagasan Depok Bersahabat untuk semua membangun kampung model yang mencerminkan kerukunan masyarakat dan berbagai golongan, menjadikan perbedaan masyarakat sebagai sebuah kekayaan sosial, membangun solidaritas sosial atas dasar persamaan agenda membangun tradisi dialogis dalam menyelesaikan perbedaan serta memoderasi potensi radikalisme dan eksklusivisme masyarakat Depok.
Walikota Depok dalam sambutannya mengatakan bahwa ini merupakan salah satu hal yang harus dibanggakan oleh warga Depok, karena ini merupakan pertama kali di Indonesia. Adanya dua lokasi kampung pembauran ini juga merupakan pembuktian sekaligus menepis stigma bahwa masyarakat Jawa Barat merupakan masyarakat yang intoleran dan eksklusif. “Depok merupakan kota yang pertama melaunching kampung pembauran. Ini hal yang perlu kita syukuri dan support bersama-sama,” ucapnya.
Dikatakan Idris, kampung pembauran adalah kampanye sosial sebuah pesan bagi bangsa Indonesia, bahwa Kota Depok sebagai bagian dari Indonesia yang siap menjadi pionir pembangunan semangat kehidupan yang majemuk menjadi sebuah masyarakat yang multikultur.
Walikota berharap semua lapisan masyarakat dapat saling bersinergi untuk menciptakan keharmonisan antar suku dan budaya yang ada di Depok. Hal tersebut diperlukan karena Kota Depok ini sekarang sudah menjadi kota yang tingkat pluralistiknya tinggi, terbukti dengan tinggalnya banyak masyarakat dari berbagai suku yang ada di Indonesia. Semoga yang kita lakukan ini merupakan bukti kerja kita semua untuk menciptakan kesejahteraan dan meningkatkan pembangunan Kota Depok.
Sementara itu, Kepala Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kota depok, Dadang Wihana mengatakan bahwa 2 kampung pembauran yang ada di wilayah barat dan timur Kota Depok ini memiliki karakteristik yang berbeda. Di RW 02 Kelurahan Cisalak mencerminkan masyarakat urban, sementara RW 08 kelurahan Limo cenderung lebih plural. Lebih banyak warga Tionghoa dan Betawi, mamun mereka sudah asimilasi yang menjadi warga local. Bahkan ada juga warga Tionghoa yang sudah memeluk agama Islam.
Dikatakan Dadang, nantinya direncanakan tiap kecamatan akan memiliki satu buah kampung pembauran. “Untuk saat ini baru dua titik saja yang akan dijadikan pilot proyek kampung pembauran,” tandasnya. (Jopi)
0 Komentar