JAKARTA,
KORANTRANSAKSI.com -
Dengan pertimbangan untuk menangani pengujian peraturan perundang-undangan baik
di Mahkamah Konstitusi (MK) maupun di Mahkamah Agung (MA), pemerintah memandang
perlu berkoordinasi secara terintegrasi untuk melakukan persiapan dan pelaksanaan
persidangan serta menyusun jawaban termohon.
Atas
dasar pertimbangan tersebut , Presiden Joko Widodo pada 30 November 2016 telah
menandatangani Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 100 Tahun 2016 tentang
Penanganan Pengujian Undang-Undang (UU)
di Mahkamah Konstitusi dan Peraturan Perundang-undangan di bawah
Undang-Undang di Mahkamah Agung oleh pemerintah.
Menurut
Perpres ini, dalam penanganan pengujian Undang-Undang di Mahkamah Konstitusi
oleh Pemerintah sebagaimana dimaksud, Presiden memberi mandat kepada menteri
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesekretariatan negara
untuk menerbitkan Surat Kuasa Khusus.
Surat
Kuasa Khusus sebagaimana dimaksud diberikan kepada: a. Menteri; dan b. menteri
dan/atau pejabat setingkat menteri, untuk mewakili Presiden dalam menangani
pengujian Undang-Undang di Mahkamah Konstitusi.
“Penanganan
pengujian sebagaimana dimaksud dikoordinasikan oleh Menteri (yang
menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang hukum),” bunyi Pasal 3 ayat (3)
Perpres tersebut.
Selanjutnya,
Menteri, menteri, dan/atau pejabat setingkat menteri sebagaimana dimaksud dapat
menerbitkan Surat Kuasa Substitusi kepada pejabat: a. pimpinan tinggi madya
atau pejabat setingkat eselon I; b. pimpinan tinggi pratama atau pejabat
setingkat eselon II; dan/atau c. administrator atau pejabat setingkat eselon
III.
Adapun
Penanganan pengujian Undang-Undang di Mahkamah Konstitusi, menurut Perpres ini,
meliputi: a. persiapan persidangan; dan b. pelaksanaan persidangan.
Persiapan
persidangan sebagaimana dimaksud meliputi: a. Penyusunan keterangan pemerintah;
dan b. pengumpulan alat bukti, penentuan saksi ahli dan penentuan juru bicara
di persidangan.
“Dalam
penyusunan Keterangan Presiden sebagaimana dimaksud, Menteri, menteri, dan/atau
pejabat setingkat menteri dapat mengikutsertakan ahli, narasumber, dan/atau
perancang peraturan perundang- undangan,” bunyi Pasal 6 ayat (2) Perpres ini.
Sementara
pelaksanaan persidangan sebagaimana dimaksud dihadiri oleh Menteri, menteri,
pejabat setingkat menteri, dan/atau penerima Surat Kuasa Substitusi.
Pelaksanaan
persidangan sebagaimana dimaksud meliputi kegiatan: a. pembacaan Keterangan
Presiden; b. pemberian keterangan saksi dan/atau ahli; c. penyusunan dan
penyerahan Kesimpulan Presiden; dan/ atau d. pembacaan putusan.
Menurut
Perpres ini, pembacaan Keterangan Presiden sebagaimana dimaksud dilakukan oleh
Menteri, menteri, pejabat setingkat menteri, atau pejabat pimpinan tinggi madya
atau pejabat setingkat eselon I. Sedangkan saksi dan/atau ahli sebagaimana
dimaksud, dihadirkan oleh Menteri, menteri, dan/atau pejabat setingkat menteri.
Perpres
ini juga menegaskan, bahwa penyusunan dan penyerahan Kesimpulan Presiden
dilakukan oleh Menteri, menteri, dan/atau pejabat setingkat menteri. Sementara
pembacaan putusan Mahkamah Konstitusi sebagaimana dimaksud dihadiri oleh
Menteri, menteri, pejabat setingkat menteri, dan/atau pejabat penerima Surat
Kuasa Substitusi.
Pengujian
Peraturan di bawah Undang-Undang
Mengenai
penanganan pengujian Peraturan Perundang-undangan di bawah Undang-Undang di Mahkamah Agung (MA) oleh Pemerintah,
menurut Perpres ini, Presiden memberi
mandat kepada menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
kesekretariatan negara untuk menerbitkan Surat Kuasa Khusus.
Surat
Kuasa Khusus sebagaimana dimaksud diberikan kepada: a. Menteri; dan b. Menteri
atau pejabat setingkat menteri untuk mewakili Presiden dalam memberikan Jawaban
Termohon dalam pengujian Peraturan Perundang-undangan di bawah Undang-Undang di
Mahkamah Agung.
Menteri,
menteri, dan/atau pejabat setingkat menteri, menurut Perpres ini, dapat
menerbitkan Surat Kuasa Substitusi kepada pejabat: a. pimpinan tinggi madya
atau pejabat setingkat eselon I; b. pimpinan tinggi pratama atau pejabat
setingkat eselon II; dan/atau c. administrator atau pejabat setingkat eselon III.
“Penanganan
pengujian Peraturan Perundang-undangan di bawah Undang-Undang di Mahkamah Agung
sebagaimana dimaksud berupa penyusunan Jawaban Termohon,” bunyi Pasal 11
Perpres ini.
Menurut
Perpres ini, pendanaan yang diperlukan dalam rangka penanganan pengujian
Undang-Undang di Mahkamah Konstitusi dan Peraturan Perundang-undangan di bawah
Undang-Undang di Mahkamah Agung oleh Pemerintah dibebankan pada Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara pada Bagian Anggaran kementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum dan / atau kementerian/
lembaga terkait.
0 Komentar