Foto bersama saat Transplanting bibit kopi ke polybag. |
TAPANULI UTARA, KORANTRANSAKSI.com - Rangkaian
kegiatan Starbucks Origin Experience (SOE) di Dusun Sibuntuon, Desa
Hutaginjang, Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara telah usai digelar. Kegiatan
SOE yang diadakan singkat selama dua hari ini memberikan manfaat
yang besar bagi masyarakat, khususnya petani kopi.
Andrew Linnemann,
Vice President Global Coffee Quality and Engagement, yang telah 23 tahun
bekerja di Starbucks Seattle, Washington mengungkapkan bahwa kopi Sumatera
memegang peranan penting bagi sejarah perusahaannya. “It’s unique coffee, it’s
very special, for the flavour and for the story behind it. We love selling
Sumatera Coffee (Kopi Sumatera itu unik, special, dari segi rasa dan cerita di
balik nya. Kami suka menjual kopi Sumatera),” ujarnya.
Sementara itu, Elidon Sitio, Field Livelihood and Coffee
Supply Coordinator, Conservation International Indonesia (CI) mengungkapkan hal
yang paling utama dalam menikmati kopi yang baik adalah aroma dan cita rasa. “Biji kopi memiliki rasa yang berbeda tergantung pada
ketinggian tempat, bahan induk tanah, pola tanam, dan pengolahan pasca panen,” terangnya.
“Kawasan sekitar Danau Toba merupakan daerah tanah
vulkanik bekas letusan Gunung Toba dengan bahan induk tanah yang kaya unsur
hara dan mineral. Masyarakat di Tapanuli Utara mayoritas menerapkan teknik
giling basah (semi wash), yaitu memetik biji kopi yang berwarna merah dan
kemudian digiling sebelum 8 jam setelah panen. Hal ini menimbulkan perpaduan
cita rasa dan aroma yang seimbang pada kopi,” jelasnya.
Kopi merupakan
sebuah komoditas tingkat dunia yang dianggap penting. Kementerian Perdagangan
Republik Indonesia mencatat realisasi ekspor produk kopi pada tahun 2016
mencapai USD 775,14 juta. Angka tersebut menjadikan Indonesia berada di posisi
keempat sebagai negara penghasil kopi terbesar di dunia. Sumatera Utara
merupakan propinsi penghasil kopi Arabika kedua terbesar di Indonesia dengan
rata-rata produksi sebesar 50.000 ton per tahun (Dirjen Perkebunan, 2014). Data
BPS menunjukkan ada 10 kabupaten di Sumatera Utara sebagai wilayah penghasil
kopi dan mayoritas berada di sekitar kawasan Danau Toba.
Starbucks memulai
bisnis kopi di tahun 1971 dan telah memiliki lebih dari 24.000 gerai di 70
negara dan merupakan salah satu perusahaan yang menyajikan kopi berkualitas
tinggi dari produsen yang menerapkan etika pertanian dalam rangka mendukung
program konservasi hutan. Melalui kegiatan Starbucks Origin Experience, para
karyawan mendapatkan pengalaman langsung dari lokasi asal kopi mereka tumbuh
dan diproses. Tujuan dari perjalanan ini adalah untuk menginspirasi dan
apresiasi atas kerja keras dan semangat yang diberikan petani untuk setiap biji
kopi yang mereka jual, serta membina hubungan dengan masyarakat yang tinggal di
sana.
Karson Simaremare
selaku kepala desa Hutaginjang mengungkapkan, “Selama lebih dari 30 tahun saya
menanam kopi, namun belum pernah tahu siapa yang beli dan kemana biji kopi ini
disajikan.”
“Kedatangan rombongan Starbucks ini memberikan rasa
bangga dan kesan yang mendalam. Mereka berbaur dengan kami, meskipun ada
kendala bahasa namun kami bisa saling memahami untuk mengerjakan tujuan
bersama. Apa yang kami kerjakan hari ini akan memberikan manfaat yang
berkesinambungan, karena bukan hanya rumah pembibitan dan kompos tetapi
pendampingan lanjutan oleh CI dan Dinas Pertanian yang bakal terus berlanjut,” ungkap Karson.
Kegiatan SOE diharapkan dapat memberikan manfaat tidak hanya untuk
kesejahteraan petani kopi tetapi juga untuk kelestarian desa. Penggunaan pohon
pelindung dapat membantu menciptakan lingkungan yang ideal untuk menghasilkan
kopi dengan kualitas baik. Saat ini beberapa petani melaporkan penurunan
produksi kopi yang disebabkan beberapa hal. Kita ketahui bahwa kopi arabika
sangat rentan terhadap perubahan iklim. Banyak wilayah yang dulu sesuai untuk
kopi karena perubahan iklim akan menjadi tidak/kurang sesuai. Hasil studi yang
dilakukan oleh Conservation International pada 2015, daerah sekitar Danau Toba
merupakan wilayah yang akan sesuai untuk kopi arabika hingga 2050.
Hasil yang dicapai
dari kegiatan ini adalah pemindahan 1.000 bibit kopi ke polybag
(transplanting), menyemaikan benih kopi dan pohon pelindung (lamtoro), serta
menyelesaikan fondasi pembangunan rumah kompos. Selain itu, bagi petani
kegiatan SOE ini juga menghidupkan kembali budaya gotong royong karena rumah
pembibitan ini secara bersama-sama akan dipelihara oleh kelompok tani yang
berjumah 35 orang sampai bibit tersebut siap untuk ditanam di kebun anggota
kelompok.
“Kopi na
dibibithon nami sonari on, ido gabe ngolu hami haduan (Kopi yang dibibitkan
sekarang ini, sangat berguna untuk kehidupan kami kedepan),” ujar Ani Siadari,
anggota asosiasi petani kopi.
Pada penutupan acara,
seluruh orang yang hadir di kegiatan ini menyanyikan lagu “O Tano Batak” yang
lirik lagunya menceritakan kecintaan dan kerinduan pada tanah Batak yang indah
serta kegiatan tani di ladang yang subur membuat seluruh peserta yang hadir terharu
dan meneteskan air mata kala meninggalkan lokasi desa Hutaginjang. (Q4/Rel)
0 Komentar