Pemupukan Bibit Kopi. |
TAPANULI UTARA, KORANTRANSAKSI.com - Hari ini dan
tanggal 21 Maret 2017, Starbucks mengadakan Starbucks Origin Experience (SOE)
di Desa Hutaginjang, Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara.
Kegiatan tahunan
ini dilaksanakan sejak tahun 2012 untuk meningkatkan pemahaman karyawan
mengenai proses produksi kopi, budaya masyarakat di wilayah penghasil kopi, dan
sekaligus berkontribusi dalam peningkatan produksi kopi. Sebanyak 35 petani
kopi dan 100 karyawan Starbucks perwakilan dari 50 negara di Asia Pasifik akan
melakukan aksi nyata pembangunan rumah kompos dan pembibitan kopi di wilayah ini.
Provinsi Sumatera
Utara terkenal sebagai penghasil kopi Arabica. Daerah dataran tinggi kawasan
danau toba diprediksi menjadi wilayah yang sesuai untuk tanaman kopi hingga 35
tahun mendatang. Tantangan utama para petani kopi adalah minimnya sumber benih yang
unggul dan kondisi tanah yang tandus akibat kerusakan hutan. Kegiatan SOE yang
dilaksanakan adalah pembangunan rumah kompos dan pembibitan kopi, berdasarkan
masukan dan kebutuhan para petani tersebut.
“Desa Hutaginjang
berada pada ketinggian diatas 1.400 m dari permukaan laut merupakan salah satu
kawasan penghasil kopi terbaik di Tapanuli Utara. Daerah ini juga kawasan
tangkapan air untuk wilayah danau toba, serta berbatasan dengan kawasan
lindung,” jelas Isner Manalu, Senior District Program
Coordinator Conservation International Indonesia.
“Lembaga Conservation International telah melakukan pendampingan
di desa ini selama kurang lebih 2 tahun, melihat potensinya yang besar namun
juga mengalami ancaman kerusakan alam. Lokasi ini terpilih untuk kegiatan SOE,
sebab komitmen masyarakat yang tinggi terhadap upaya-upaya konservasi
lingkungan dan motivasi untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas kopi,” imbuh Isner Manalu.
Karyawan Starbucks
bekerjasama dengan petani secara gotong royong dengan pendekatan partisipatif.
Proses pelaksanaan kegiatan dilakukan mulai dari pembibitan kopi sampai pada
pembangunan rumah kompos. Kegiatan lapangan yang dilakukan antara lain mengisi
polybag untuk bibit kopi, mengayak tanah, mendederkan benih dan beberapa
kegiatan konstruksi untuk mendirikan fasilitas tersebut. Tujuannya untuk
mendapatkan pengalaman secara langsung dalam berkebun kopi dan memahami kondisi
sosial dan budaya wilayah setempat.
Dari hasil
kegiatan pada tahun 2016 yang lalu, kegiatan SOE telah berhasil berkontribusi
dalam peningkatan kapasitas dari Asosiasi Petani Kopi Aman Terpadu (ASPEKAT).
Sekitar 6 ton kompos dihasilkan untuk kebutuhan anggota kelompok tani. Selain
itu, tersedia juga sekitar 7.000 polybag bibit unggul kopi yang siap
didistribusikan kepada petani di tahun ini.
Petani kopi desa
Hutaginjang telah menerapkan praktek pertanian lestari, misalnya: menggunakan
tanaman pelindung untuk menjaga kondisi lingkungan dan iklim mikro kebun,
menggunakan pupuk kompos, juga pengendalian hama dan penyakit tanaman dengan
musuh alami atau pestisida nabati sehingga ekosistem terjaga. “Harapannya di
tahun ini, konsumen kopi dapat menerapkan harga yang berbeda bagi kopi yang
diproduksi dengan praktek pertanian lestari untuk menghargai upaya petani dalam
menjaga lingkungan,” ungkap Togi Siregar, PPL Dinas Pertanian Tapanuli Utara.
Selain kegiatan di kebun
kopi, para peserta SOE juga disuguhkan dengan dengan pagelaran seni budaya
Batak toba berupa tarian tor-tor untuk tingkat anak-anak dan dewasa dan
penyematan kain ulos sebagai cindera mata kepada tamu. “Pemerintah Daerah (red.
Kabupaten Tapanuli Utara) sangat antusias dan mengapresiasi kegiatan ini,
selain memberikan motivasi kepada petani kopi untuk meningkatkan produksinya,
juga dapat meningkatkan promosi parawisata kepada masyarakat luas,” ujar Binhot
Aritonang, Kepala Dinas Pariwisata Tapanuli Utara. (Q4/Rel)
0 Komentar