Wannacry Ransomware. |
JAKARTA, KORANTRANSAKSI.com - Ternyata
ancaman serangan siber di 99 negara yang diumbar oleh para peretas tidak bisa
dianggap main-main. Konon,Indonesia pun ternyata sudah ikut jadi korban target
serangan. Isyu sudah beredar di kalangan para pegiat cyber di
Indonesia. Kabarnya sejumlah Rumah Sakit sudah ada yang kena serangan.
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) juga ikut mengkonfirmasi hal
tersebut.
Menurut
Dirjen Aplikasi Informatika Kementerian Kominfo, ini bukan ulah hacker lagi,
malah sudah katagori teroris. Kalau hacker masih punya etika,dan tidak menyerang
Rumah Sakit, kata sang Dirjen Samuel A. Pangerapan, kepada awak media Sabtu
(13/5/2017). Kabarnya Kominfo bersama sejumlah instansi terkait pun langsung
melakukan koordinasi untuk menanggulangi serangan teroris siber tersebut. Tim
mereka diketahui sedang bekerja.
Sementara
praktisi keamanan internet dari Vaksincom, Alfons Tanujaya, juga sudah
mengetahui kabar disanderanya data-data sejumlah Rumah Sakit di Indonesia
dengan teknik ransomware. Menurutnya RS Dharmais, RS Kanker Harapan Kita sudah kena.Sepertinya,
banyak Rumah Sakit yang kena. Itu juga yang kena masih untuk layani pasien, sesal
Alfons lagi. Kabar tentang serangan ransomware oleh para teroris siber ini juga
ikut dikonfirmasi oleh Indonesia Security Incident Response Team on Internet
Infrastructure/Coordination Center (ID-SIRTII).
Sementara,
seperti dilansir AFP dan BBC, serangan siber global ini terjadi pada Jumat
(12/5/2017) waktu setempat. Selain Inggris, negara-negara yang terdampak antara
lain Amerika Serikat (AS), China, Rusia, Spanyol, Italia, Taiwan dan
sebagainya.
Serangan
siber ini menggunakan teknik bernama ransomware, jenis virus malware (malicious
software) yang berkembang paling cepat. Data dalam komputer di ribuan lokasi
yang terkena ransomware, terkunci oleh program yang meminta pemilik untuk
membayar USD 300 dalam bentuk mata uang virtual Bitcoin, jika 'kunci' itu ingin
dibuka.
Dewasa
ini diperkirakan ada lebih dari 75 ribu pendeteksian (serangan siber) di 99
negara. Menurut Jacob Kroustek ini sangat besar dampaknya. Jacob Kroustek adalah
pejabat sekuriti dari perusahaan keamanan dunia maya, Avast, dalam blog-nya.
Kroustek menyebut ransomware yang disebut WCry atau WannaCry ini melanda
seluruh dunia.
Sementara
itu peneliti dari perusahaan keamanan siber Karpersky, Costin Raiu, menyebut
ada 45 ribu serangan siber di 74 negara. Raiu menyebut, malware itu mereplika
dirinya sendiri dan menyebar dengan cepat. Serangan siber ini memanfaatkan
celah dalam bocoran dokumen yang didapat dari Badan Keamanan Nasional AS atau
NSA. Sejumlah perusahaan keamanan dunia maya menyebut, serangan siber ini
diyakini menggunakan 'tools' yang dikembangkan oleh NSA.
Bulan
kemarin, kelompok peretas bernama The Shadow Brokers mengklaim telah mencuri
'tools' NSA itu dan merilisnya secara online. 'Tools' itu dibuat tersedia
secara bebas di internet dengan password yang dipublikasi oleh kelompok peretas
itu. Namun pelaku di balik serangan siber global ini belum diketahui
pasti. Perusahaan teknologi multinasional yang berbasis di AS, Microsoft,
telah merilis antisipasi kerawanan untuk 'tools' itu pada Maret, namun
kebanyakan sistem mungkin belum ter-update. Jaringan komputer untuk rumah sakit
di Inggris terkena serangan siber ini.
Demikian halnya
dengan Kementerian Dalam Negeri Rusia, jaringan komputer perusahaan
telekomunikasi Spanyol 'Telefonica' dan perusahaan ekspedisi ternama AS FedEx,
serta banyak lainnya. Pusat Keamanan Siber Nasional Inggris dan Badan Kriminal
Nasional negara itu tengah menganalisis insiden ini. Layanan ambulans di
fasilitas Dinas Kesehatan Nasional (NHS) Inggris terdampak parah akibat
serangan siber tersebut. (ODJIE/DTN)***
0 Komentar