Sejak tanggal 20 hingga
27 Februari 2018, delegasi dari Myanmar yang terdiri dari pemuka masyarakat
Muslim dan komunitas di Rakhine State telah berada di Indonesia.
Pertama kali tiba di
Jakarta, meteka berkunjung ke Kementerian Luar Negeri dan berkesempatan bertemu
dengan Menteri Luar Negeri RI. Delegasi akan berada di Indonesia tanggal 20-27
Februari 2018. Selain ke Jakarta, rombongan juga akan melakukan kunjungan ke
Ambon.
Jika melihat peta,
Rakhine adalah sebuah negara bagian (Rakhine State) di Myanmar. Selain penduduk
Muslim, ada juga berbagai pemeluk agama lain di wilayah itu.
Tujuan dari kunjungan
ini adalah untuk memberikan kesempatan kepada para pemimpin masyarakat Myanmar
melihat keberagaman kehidupan beragama dan etnis di Indonesia.
Secara lebih spesifik,
para pemuka masyarakat Rakhine ini diharapkan dapat belajar mengenai pengalaman
Indonesia dalam menghadapi konflik etnik maupun konflik sektarian.
Pengalaman ini
bertujuan untuk dapat membangkitkan kesadaran bahwa hubungan yang memburuk
antar etnis dapat kembali diperbaiki setelah terjadinya konflik dan kekerasan.
Di samping itu, kunjungan ini juga diharapkan dapat memunculkan ide-ide dan
cara untuk memperbaiki situasi di Rakhine State.
Para peserta
"study tour" dari Myanmar terdiri dari 10 orang pemuka masyarakat (5
dari masyarakat Rakhine dan 5 dari masyarakat Muslim) dari bagian utara Rakhine
State. Mereka berasal dari berbagai latar belakang pendidikan, berbagai
kelompok usia, dan profesi yang berbeda.
Tahun 2017, untuk
pertama kalinya, Indonesia juga menyelenggarakan "
Interfaith-Dialogue" dengan Myanmar. "Interfaith Dialogue"
ditujukan juga untuk bertukar pengalaman bagaimana di negara majemuk seperti
Indonesia, harmoni masyarakat dapat tetap terpelihara sebuah perdamaian.
Ketika bicara Myanmar,
maka pikiran kita langsung tertuju ke Aung San Suu Kyi atau namanya sering
disingkat Suu Kyi. Baru-baru ini namanya memperoleh kecaman, karena dianggap
membiarkan saja Etnis Rohingya, beragama Islam dikejar dan dibunuh serta tempat
kediamannya dibakar oleh penduduk beragama Budha.Untuk itu pemimpin agama Budha
di Indonesia telah berkomentar, itu bukan ciri dari seorang Budha.
Memang ada keinginan
Suu Kyi ke Indonesia akhir Desember tahun lalu. Tetapi terpaksa ditunda karena
situasi tidak memungkinkan. Protes anti Suu Kyi yang dianggap bertanggung-jawab
terhadap pembantaian suku Rohingya juga terjadi di Jakarta. Untuk itulah,
kunjungannya ke Indonesia dibatalkan.
Saya sejak awal
berpendapat, bahwa posisi Suu Kyi di pemerintahan Myanmar tidak berkuasa 100
persen. Sistim baru di pemerintahan itu, militer tetap mengendalikan
pemerintahan. Suu Kyi hanya simbol, meski partainya Liga Demokrasi Nasional/
NLD) menang dalam pemilihan umum.
Hanya nama Suu Kyi
terlanjur dikenal dunia, karena pernah menerima Nobel Perdamaian. Pun penerima
hadiah Simon Bolivar Internasional tahun 1992.
Suu Kyi adalah anak
pahlawan kemerdekaan Myanmar, Jenderal Aung San yang tewas dibunuh pada 19 Juli
1947. Bagaimana pun juga sikap pemerintahan militer Myanmar kepada Suu Kyi
sekarang ini sekedar meredam situasi sejak pemimpin Dewan Pemulihan Hukum dan
Ketertiban Negara (SLORC- "State Law and Order Restoration Council")
di bawah pimpinan Jenderal Saw Maung yang berkuasa di Myanmar, 18 September
1988.
0 Komentar