Tidak berlebihan
kiranya, perhatian kita tertuju kepada Menteri Pertahanan (Menhan) RI Prabowo
Subianto ketika virus Corona merebak di Indonesia.
Sebanyak 2000 Alat Pelindung
Diri (APD) dari Menteri Pertahanan (Menhan) RI Prabowo Subianto kepada
pemerintah kabupaten Bogor telah disebar ke semua Rumah Sakit dan Puskesmas di
Bogor.
Hal tersebut
diungkapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Mikeu Kaltarina usai menghadiri
kegiatan rapat dengan Bupati Bogor, Senin, 30 Maret 2020.
Mantan Direktur RSUD
Cileungsi ini mengatakan, 2000 APD dari Menhan RI sudah didistribusikan di
empat Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD), dan 101 Puskesmas yang ada di Kabupaten
Bogor.
Dirinya menjelaskan,
Dinkes Kabupaten Bogor untuk Rapid Tes baru mendapatkan bantuan dari Pemerintah
Provinsi Jawa Barat (Jabar) sebanyak 1.600. Dan itu, lanjut Mikeu, total Rapid
Tes sudah disebar juga ke semua RSUD dan Puskesmas.
Sebelumnya, Menteri
Pertahanan meminta Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto menyiapkan pesawat
terbang untuk mengambil alat kesehatan di Shanghai, Cina. Alat-alat kesehatan
itu akan digunakan untuk penanganan virus Corona di Indonesia.
"Mohon Panglima
TNI dapat memberikan dukungan pesawat terbang dalam rangka pengambilan alat
kesehatan yang berada di Shanghai, Republik Rakyat Tiongkok," demikian
tertulis dalam surat Menteri Pertahanan kepada Panglima nomor B/667/M/III/2020
tertanggal 18 Maret 2020.
Dalam surat, tertulis
bahwa langkah ini berdasarkan hasil rapat terbatas pimpinan Presiden RI pada 16
Maret 2020 pukul 10.00 WIB tentang penanganan Corona Virus Disease 2019
(Covid-19) dan hasil koordinasi Wakil Menteri Pertahanan dengan Kantor Staf
Presiden dan informasi perusahaan IMIP Jakarta pada 17 Maret 2020.
Sepertinya apa yang
dikatakan Presiden Jokowi ketika memperkenalkan para menterinya di periode
kepemimimpinannya, termasuk Prabowo Subianto,
sangat tepat. Tidak perlu dijelaskan tugasnya, ujar Jokowi, karena ia
(Prabowo) lebih memahaminya.
Itulah Prabowo
Subianto, yang pernah menjadi calon
Presiden RI, bersama Joko Widodo (Jokowi), Sabtu malam, 30 Maret 2019
lalu, yang menurut saya sangat menarik.
Malam itu dalam adu
debat, sangat jelas penuturan Capres yang juga Presiden RI sekarang ini,
Jokowi bahwa Prabowo itu Pancasilais sejati.
Prabowo Subianto,
namanya mencuat ke permukaan setelah partai yang didirikan dan dipumpinnya
sekarang, Partai Gerindra berhasil memenangkan calon Gubernur DKI yang
diusungnya untuk menjadi gubernur lima tahun ke depan. Sudah tentu bukan hanya
Gerindra yang dianggap berhasil, tetapi PKS dan sejumlah tokoh penting berperan
dalam memenangkan Anies-Uno memimpin Jakarta.
Jakarta adalah
barometer. Demikian sebahagian masyarakat memprediksinya. Oleh karena itu, kemenangan
ini dianggap kesuksesan Partai Gerindra dan partai pendukungnya untuk
mempersiapkan diri menghadapi Pilpres 2019 pada waktu itu. Buat Prabowo
kemenangan ini lebih meyakinkan dirinya untuk tetap memposisikan diri sebagai
pemenang, meski banyak pula mengungkap
luka-luka masa lalunya sebagai seorang perwira Tentara Nasional Republik
Indonesia.
Jika menoleh ke
belakang, di bulan Mei 2017, tepatnya 22
Mei 1998, Prabowo dipecat sebagai Pangkostrad. Itu terjadi sehari setelah
Presiden Soeharto mengundurkan diri dan digantikan BJ Habibie. Mengapa secepat
itu, Prabowo dipecat? Pertanyaan ini juga masih menggantung. Prabowo pernah
mengatakan akan memperjelas masalah ini, kelak jika ia dipilih rakyat menjadi
Presiden RI untuk lima tahun mendatang. Tetapi janjinya tidak bisa
diungkapkannya, karena dari hasil penghitungan suara, Komisi Pemilihan Umum
(KPU) menetapkan, Capres Jokowi yang
menang.
Prabowo dianggap,
sekali lagi dianggap, bersalah, ketika pemecatan dirinya, yang mengirim pasukan
Kostrad ke Jakarta. Ia dianggap menyalahi prosedur, karena yang bisa
menggerakkan pasukan Kostrad itu hanya Panglima ABRI saat itu yang dipegang
oleh Jenderal Wiranto. Itu sebabnya, Jenderal Wiranto langsung mencopot
Prabowo. Jadi boleh dikatakan, baru saja terjadi penyerahan kekuasaan dari
Presiden Soeharo ke BJ Habibie, maka pada 21 Mei 1998, besoknya tanggal 22 Mei
1998, Prabowo dipecat.
Dalam hal ini, partai
Demokrat yang dipimpin Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam Pilpres
dan Pemilu waktu itu, bergabung dengan
partai pimpinan Praboeo (Gerindra). Sedangkan SBY ini termasuk team pencari
fakta, sehingga Prabowo dipecat. Pastilah SBY sangat paham dengan hal ini.
Sekaligus sangat paham dengan pribadi Prabowo. Tetapi kita juga mengetahui
bahwa politik itu dinamis dan hal tersebut dianggap biasa.
Kita juga jangan lupa
di era Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Wiranto yang memecat Prabowo, juga
menghadapi masalah dengan kasus di Timor Timur. Gus Dur mengatakan, ia tetap
pada pendiriannya waktu itu akan meminta Wiranto mundur
sebagai menteri
koordinator bidang politik dan keamanan untuk mengurangi tekanan-tekanan dari
dunia internasional.
Buat Prabowo,
kemenangan calon yang diusung Gerindra dan PKS dalam Pilkada DKI waktu itu,
menurut saya merupakan angin segar, khususnya untuk Prabowo di bidang politik.
Keoptimisan ini membuat dirinya maju lagi sebagai Calon Presiden dalam Pilpres
2019. Ia sudah bernafas lega sebagai seekor burung Rajawali yang selalu terbang
sendirian di udara. Sudah tentu, mencoba memperbaiki kekalahannya ketika
berpasangan dengan Hatta Rajasa sewaktu menjadi Calon Presiden ke-7 dalam
Pilpres 2014.
Saya waktu itu menerima
kiriman dari seorang teman tentang ayah Prabowo, Soemitro Djojohadikoesoemo.
Intinya ingin mengatakan bahwa ayah Prabowo itu pemberontak, karena pernah
bergabung dengan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI). Jika
membaca tulisan saya, wawancara langsung dengan Ahmad Husein, pimpinan PRRI
yang mengatakan, ia bukan pemberontak, maka sangat pahamlah kita, bahwa
kesenjangan ekonomi antara pusat dan daerah menjadi kunci permasalahan. Sudah
tentu ingin mengingatkan Presiden Soekarno agar tidak terlalu dekat dengan
Partai Komunis Indonesia (PKI).
Akhir perjalan ayah
Prabowo, ia dipanggil ke Singapura dan menjadi menteri beberapa waktu lamanya
di masa Presiden Soehato. Sedangkan pimpinan PRRI Ahmad Husein, di akhir
hidupnya dimakamkan di Makam Pahlawan, Kuranji, Padang, Sumatera Barat. Bahkan
Syafruddin Prawiranegara pun diangkat
jadi Pahlawan Nasional. Saya menganggap PRRI itu bukan pemberontak, karena saya
pernah wawancara langsung dengan Ahmad Husein.
Itulah perjalanan
panjang seorang Prabowo Subianto yang sekarang membantu Presiden Jokowi dalam
memberantas virus Corona (bahan sebagian diambil dari tulisan saya di
Kompasiana dan Koran TRANSAKSI.Com).
0 Komentar