(Foto:dok) |
Kalau dia ada di
hadapan saya, pasti langsung saya jawab. "Iya, karena tahun ini mulai
masuk tahun politik yang endingnya tahun 2024." Terlali naif kalau orang
politik ngomong begitu, seolah dia tak pernah memainkan itu.Justru yang harus
diwaspadai adalah permainan itu menggunakan alat bernama POLITIK IDENTITAS.
Politik identitas
adalah sebuah alat politik suatu kelompok seperti etnis, suku, budaya, agama
atau yang lainnya untuk tujuan tertentu, misalnya sebagai bentuk perlawanan
atau sebagai alat untuk menunjukan jati diri suatu kelompok tersebut.
Identitas dipolitisasi
melalui interpretasi secara ekstrim, yang bertujuan untuk mendapat dukungan
dari orang-orang yang merasa 'sama', baik secara ras, etnisitas, agama, maupun
elemen perekat lainnya.Politik identitas memiliki daya yang kuat untuk
mengotak-kotakan masyarakat berdasarkan identitas dan bisa jadi saling
berhadapan dan berseteru.
Dalam kasus Arterita
Dahlan, politik identitas itu berlandaskan suku dan ras yang bernama #SUNDA.
Maka tagar #SundaTanpaPDIP terlihat jelas identitas apa yang sedang dimainkan.
Identitas itu muncul akibat ucapan politisi #PDIP yang menyulut emosi yang
merata dari orang-orang yang beridentitas orang #Sunda.
Identitas orang #Sunda
itu berada di Jawa Barat dan Banten. Jawa Barat memiliki 33,7 juta pemilih dan
Banten 6,9 juta pemilih pada tahun 2019.
Total jumlah 40,6 juta pemilih. Tentu saja jumlah pemilih ini, terutama
Jawa Barat sangat siginifikan dalam gelaran Pemilu Legislatif, Presiden dan
kepala daerah pada tahun 2024. PDIP memperoleh suara pada posisi kedua setelah
Partai Gerinda di kedua provinsi tersebut.
Jika permainan
#SundaTanpaPDIP ini terus dipelihara hingga dalam rentang dua tahun 2022 hingga
2023 atau hingga 2024, saya meyakini ini bakal mampu menganjlokan perolehan
suara PDIP di Jabar dan Banten. Solusinya?
Orang PDIP sudah
berpengalaman dalam menangani hal tersebut, asal jangan ada begundal yang
membisikan langkah yang justru menambah kemarahan orang beretnis Sunda. Artinya,
kalau saya ngomong solusinya, ya seperti mengajari entog ngojai.( Daeng Yusvin Karuyan)
0 Komentar