Jakarta, KORANTRANSAKSI.com – Mahasiswa dari berbagai Universitas melakukan aksi unjuk rasa yang bertajuk “Puncak Pengkhianatan Rezim” di Bundaran Air Mancur Patung Kuda, Gambir, Jakarta Pusat pada Jumat (30/9/2022). Aksi unjuk rasa yang dilakukan oleh para mahasiswa tersebut menyebabkan arus lalu lintas di persimpangan Jalan Medan Merdeka Barat dan Jalan Budi Kemuliaan menjadi tersendat.
Menutur Pantauan dari
Tim KORANTRANSAKSI.com, sekitar
pukul 16.56 WIB arus lalu lintas yang semakin ramai dipenuhi oleh kendaraan
roda empat maupun roda dua seiring dengan jam sibuk. Pengendara dari Jalan MH
Thamrin yang menuju ke Jalan Medan Merdeka Selatan dan Jalan Budi Kemuliaan,
harus melintas setengah jalan di Bundaran Air Mancur Patung Kuda.
Petugas Kepolisian lalu
lintas belum melakukan penutupan jalan di persimpangan jalan tersebut,
sedangkan peserta aksi melangsungkan demonstrasi di sisi jalan tersebut.
Adapun, Koordinator Bidang Sosial-Politik Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas
Indonesia (BEM UI) Melki Sedek Huang mengatakan, mahasiswa akan menyampaikan
enam isu yang dianggap bermasalah selama era jabatan Presiden Joko Widodo dan
Wakil Presiden Ma'ruf Amin.
Enam isu yang akan disampaikan
oleh mahasiswa dan elemen masyarakat lainnya, pertama yakni dikebutnya
pengesahan Rancangan Kitab Undang-undang Hukum Pidana (RKUHP) yang dianggap
bermasalah. "Padahal terdapat RUU Masyarakat Adat dan RUU Perlindungan
Pekerja Rumah Tangga (PPRT) yang tak kunjung disahkan”, ujar Melki.
Kemudian, mahasiswa
akan menyampaikan bahwa selama ini alokasi anggaran pendapatan belanja negara
(APBN) dinilai tidak tepat sasaran. Menurut Melki, mencabut subsidi bahan bakar
minyak (BBM) saat ini lebih diperlukan masyarakat. Alih-alih justru pemerintah
fokus mengejar proyek yang dinilai minim urgensi seperti rencana pemindahan Ibu
Kota Negara (IKN) Nusantara dan proyek strategis nasional (PSN).
"Ketiga,
pelanggaran hak asasi manusia (HAM) masa lalu yang tak pernah diselesaikan oleh
pemerintah. Negara malah membiarkan para pelaku berkeliaran dan berpolitik
praktis lalu membentuk tim penyelesaian non-yudisial yang tidak menyelesaikan
masalah," jelas Melki.
Kemudian, ujar Melki,
tidak adanya upaya pemerintah pusat untuk memberantas korupsi, kolusi,
nepotisme (KKN) yang kerap ditemui di Indonesia. Isu kelima, Melki berujar,
pendidikan di Indonesia dinilai belum menemui kata demokratis dan terbuka untuk
semua orang. "Terlebih lagi dengan hadirnya RUU Sistem Pendidikan Nasional
(Sisdiknas) yang jelas berbahaya bagi dunia pendidikan," ucapnya.
Terakhir, pemerintah
dianggap telah memberangus demokrasi melalui upaya-upaya penundaan pemilihan
umum (Pemilu) dan rencana perpanjangan masa jabatan presiden. "Ini adalah
pertanda bahwa pengkhianatan rezim pada rakyatnya telah sampai pada puncaknya
dan alarm harus dibunyikan”, katanya.
(TIM/RED)
0 Komentar