Yusuf Maulan (44) ayah dari bayi 7 bulan di Bantul, Yogyakarta yang meninggal dunia karena Gagal Ginjal akut misterius (Foto:dok) |
Yusuf Maulana (44),
ayah dari bayi tersebut, bercerita tentang bagaimana penyakit tersebut
merenggut nyawa sang buah hati. Anaknya yang berinisial ET itu meninggal 25
September lalu di RSUP Dr Sardjito. Atau 2 hari setelah dia genap berusia 7
bulan. "Jadi anak saya 'dipanggil' pada 25 September. Termasuk kasus yang
sangat cepat," kata Yusuf.
Yusuf bercerita bahwa
anaknya masih sehat pada 16 September. Dia masih ceria ketika diajak ibunya
berkegiatan di sekitar di Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta.
"Dia 7 bulan persis, menjelang 7 bulan. Baru MPASI (makanan pendamping
ASI) dan MPASI-nya juga hanya produk buatan istri saya. Dan merek umum dan BPOM
semua lolos seperti biskuit. Semua aman. Kita memang agak hati-hati karena saya
dan istri ngerti hal itu”, tuturnya.
Dijelaskan Yusuf, bahwa
saat itu sang anak sama sekali tidak mengkonsumsi susu formula atau sufor. Sang
anak baru mengkonsumsi ASI dan MPASI di bulan September. Lalu pada hari Sabtu
(17/9), ET mulai demam dan tatapan mulai kosong. Namun, saat itu, sang anak
masih lahap saat makan MPASI. Di hari itu, Yusuf juga sudah mulai merasa bahwa
air seni sang anak mulai berkurang, dia mengira hal itu karena produksi ASI ibu
sedang tak terlalu banyak.
"Hari sabtu masih relatif sehat cuma ada demam. Sudah mulai agak ini kosong tapi sangat sebentar itu. Belum ada gejala kejang yang panjang. Jadi kami anggap ini demam biasa tertular sama kakak-kakaknya," katanya. Lalu, pada hari Minggu (18/9) intensitas kejang yang dialami ET mulai meningkat. Kemudian tatapan kosong yang hari sebelumnya sudah terjadi juga makin sering. Namun, ET masih mau makan MPASI.
Senin (19/9), kondisi
ET masih lahap makan MPASI. Namun, kejang yang dialami makin panjang. Yusuf
berpikir bahwa dehidrasi yang dialami ET makin parah. Sehingga untuk pertama
kalinya ET diberikan susu formula. "Disentri nyaris ciri itu nggak ada,
anak kami hanya mencret hari Senin jam 3 sore kali pertama dikasih sufor,"
katanya.
Lantaran saat Maghrib
kesadaran makin berkurang, maka ET dibawa ke klinik dan bidan terdekat di
Sedayu. Di sana, ET disarankan untuk dibawa ke rumah sakit dan akhirnya dibawa
ke PKU Muhammadiyah Gamping yang merupakan rumah sakit terdekat. "Ternyata
kondisi sudah amat sangat menurun. Di situ dokter juga sudah menyebutkan
beberapa ciri-cirinya seingat saya, paru-paru menurun fungsinya,"
bebernya.
Senin malam, saat di
IGD kondisi ET sudah drop. Kemudian disarankan untuk ET dibawa ke RSUP Dr
Sardjito. Namun karena untuk ruang PICU masih mengantre, maka ET dibawa ke PKU
Muhammadiyah Kota Yogyakarta dan dirawat di inkubator. "Karena dokter yang
menangani di PKU sama dengan yang di Sardjito," katanya.
Setelah tersedia ruang
PICU, pada Selasa, ET langsung dibawa RSUP Dr Sardjito. Saat itu, Yusuf sudah
merasa ada hal yang aneh atas penyakit anaknya. Kondisinya pun makin menurun
dan ternyata sejumlah organ sudah menurun fungsinya. "Anak saya paru dulu
tapi sisanya kena semua, liver, saraf, dan pastinya ginjal. Dokter lumayan
kooperatif saat menangani anak saya," katanya.
Selama di Sardjito, ET dirawat dengan sejumlah alat bantu. Saat itu, menurut Yusuf, anaknya sudah tidak sadarkan diri hingga akhirnya meninggal dunia pada 25 September. Yusuf menyebut rumah sakit mengkategorikan anaknya sebagai acute kidney injury (AKI) atau gagal ginjal akut. "Dokternya ada dokter saraf, dokter organ dalam, dokter anak," ujarnya.
Keluarga
Tak Memiliki Riwayat Penyakit
Yusuf menjelaskan bahwa
rumah sakit juga turut men-tracing riwayat penyakit keluarga. Tidak ada
keluarga yang mempunyai riwayat COVID-19. Selain itu, juga tidak ada yang
mengkonsumsi sirop paracetamol.
"Kami ditracing,
COVID no, parasetamol tidak ada. Ibunya aja yang kalau dikaitkan parasetamolnya
berupa tablet. Itu pun juga sebelum tanggal 16 September. Obat-obatan tidak
pernah. Riwayat keluarga besar kami alhamdulillah bagus tidak ada penyakit
ginjal dan sebagainya. Dan dokter menyatakan secara fair ini misterius,"
katanya. (TIM/RED)
0 Komentar