Pihak Kepolisian yang menjaga sekitar lokasi terjadinya tragedi Halloween di Itaewon, Seoul, Korea Selatan (Foto:dok) |
AFP melaporkan Yoon
telah memerintahkan kepolisian untuk mengadakan penyelidikan mendalam terhadap
salah satu bencana terburuk yang pernah terjadi di Negeri Gingseng. "Tragedi
dan bencana terjadi yang seharusnya tidak terjadi. pemerintah akan menyelidiki
secara menyeluruh penyebab insiden itu dan membuat perbaikan mendasar untuk
memastikan kecelakaan yang sama tidak terjadi lagi,” kata Yoon.
Kejadian bermula dari
kerumunan orang yang memenuhi Itaewon, salah satu distrik terkenal di Seoul.
Distrik yang terdiri dari tempat hiburan itu selalu ramai pada malam hari,
khususnya pada perayaan-perayaan tertentu seperti halloween.
Para korban hendak menikmati bar, klub malam, dan restoran sambil mengenakan kostum halloween mereka. Nahas, Itaewon terkenal dengan jalan-jalan yang sempit dan sering kali curam sehingga tidak mampu membendung kerumunan orang tersebut. Menurut perkiraan, sebanyak 100.000 orang yang mayoritas adalah anak muda memenuhi distrik tersebut. Alhasil, terjadi penyumbatan di gang dan jalan berliku di daerah tersebut.
Salah satu saksi mata
Jeon Ga-Eul membagikan pengalamannya malam itu yang terjebak di gang sempit
yang miring dan berebut untuk keluar dari kerumunan tersebut. Tidak ada
pergerakan maju dalam kerumunan itu maka orang-orang saling dorong. "Ada
begitu banyak orang yang didorong dan saya terjebak di antara kerumunan dan
saya tidak bisa keluar pada awalnya," kata Jeon.
Kementerian Dalam Negeri mengatakan 156 orang tewas, termasuk 20 orang asing. Mereka yang merupakan orang asing berasal dari Amerika Serikat, Uzbekistan, Austria, Norwegia, Vietnam, Kazakhstan, Iran, dan Sri Lanka. Sebagian besar korban adalah perempuan muda yang berusia 20 tahun. Sedangkan 133 orang lainnya terluka. Kepolisian setempat juga memperoleh 2.600 laporan orang hilang akibat kejadian itu.
Wali Kota Seoul Oh
Se-hoon mengatakan kantornya akan mendirikan sebuah altar peringatan sehingga
masyarakat dapat memberikan penghormatan kepada para korban pada Senin (31/10).
“Kebanyakan korban adalah anak-anak muda seperti putra-putri kami, yang membuat
semakin miris,” kata Oh ketika mengunjungi lokasi kejadian yang dikutip oleh
AFP.
Sampai saat itu,
penyelidikan terhadap penyebab kejadian tersebut terjadi masih diselidiki.
Namun dugaan sementara akibat kerumunan yang membeludak setelah pemerintah
mencabut pembatasan akibat pandemi COVID-19. (TIM/RED)
0 Komentar