Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM) Yasonna H.Laoly menyebut rotasi Kalapas sebagai hal yang wajar dan hanya terjadi sekitar 20-30 persen saja (Foto:dok) |
"Karena memang
kalau Kalapas terlalu lama di suatu tempat, rawan, sama seperti Polisi. Jadi
kita harus rotasi," imbuhnya.
Yasonna juga
mengungkapkan keraguan para anggota dewan yang mempertanyakan soal netralitas
di Lapas tidak relevan. Sebab menurutnya dalam gelaran Pemilu 2024, setiap TPS
khusus juga memiliki saksi yang salah satunya berasal dari parpol.
Caleg PDIP itu juga
memastikan sejauh ini tidak ada permasalahan terkait kecurangan di Lapas, pun
menurutnya kejadian yang dikhawatirkan oleh sejumlah pihak itu tidak terjadi di
Pemilu 2019 lalu. "Saya ditanya, saya kira 2019 di lapas tidak ada
masalah. Lapas Malang itu pak Wihadi, yang menang di situ caleg Gerindra, boleh
di-cross check itu," kata dia yang juga Ketua DPP PDIP di bidang hukum
tersebut.
Dalam rapat yang sama, Wihadi sebelumnya berpendapat Lapas menjadi salah satu lembaga yang rawan untuk disusupi dalam gelaran kontestasi politik. Ia mengatakan bisa saja sipir ataupun petugas lapas lainnya memonopoli hasil suara warga binaan. Wihadi juga mengatakan di dapilnya yang berada di Jawa Timur, mulai muncul fenomena kepala lapas diganti. Hal tersebut pun menurutnya marak terjadi di daerah yang lain. Ia lantas mempertanyakan apa urgensi penggantian kalapas menjelang Pemilu 2024.
Dengan temuan itu,Wihadi juga mengusulkan dibentuknya panja netralitas di lingkungan Lapas.
"Pertanyaannya sekarang, ada apa ini dekat-dekat Pemilu, Kalapas diganti
semua. Dan saya mendengar sepertinya ada pakta integritas yang dilakukan oleh
Dirjen Pemasyarakatan dan Pj Sekjen untuk memenangkan daripada salah satu
capres," kata Wihadi.
Adapun selain persoalan
lapas dan warga binaan, Wihadi juga mempersoalkan soal pendataan WNA oleh
bagian imigrasi. Ia mengaku tidak ingin WNA ikut mencoblos pada 2024 nanti,
sebagaimana yang menurutnya pernah terjadi di Pemilu 2019. (TIM)
0 Komentar