Direktur Jenderal Imigrasi, Silmy Karim (Foto:Humas Direktorat Jenderal Imigrasi) |
Direktur Jenderal
Imigrasi, Silmy Karim menyampaikan bahwa, jumlah ini kian meningkat 94,4% jika
dibandingkan dengan jumlah rata-rata TAK tahun sebelumnya. Dimana sekitar 181
TAK perbulan atau sebanyak 2.174 deportasi sepanjang tahun 2023.
"Imigrasi harus
balance. Di satu sisi kita upayakan bagaimana tusi (tugas-fungsi) fasilitator
pembangunan ekonominya jalan dengan banyak mendatangkan orang asing
berkualitas, di sisi lain kita tetap waspada. Tidak boleh lengah. Kita giatkan
operasi, turun pengawasan. Baik itu pengawasan darat ataupun laut. Di bandara
maupun pelabuhan”, ujar Silmy.
Lebih lanjut ia
mengatakan bahwa, hingga Mei 2024 pihaknya telah melakukan 52 penyidikan tindak
pidana keimigrasian terhadap orang asing yang dilakukan oleh penyidik pegawai
negeri sipil (PPNS) kemigrasian. Sementara itu, pada periode yang sama Imigrasi
juga telah melakukan penangkalan atau pelarangan masuk terhadap 3.626 orang
asing.
Namun, dinamika
geopolitik negara-negara di dunia yang saat ini tengah berlangsung juga
berdampak secara tidak langsung terhadap keamanan di Indonesia dengan tingginya
lalu lintas orang asing. Hal ini menjadi fokus imigrasi dalam pengawasan orang
asing.
Awal Mei lalu, Imigrasi
melakukan operasi pengawasan orang asing 'Jagratara' yang menjaring 914 orang
asing untuk diperiksa. Operasi tersebut menjadi bentuk kewaspadaan imigrasi
terhadap potensi pelanggaran yang ditimbulkan dari aktivitas orang asing di
seluruh Indonesia.
"Mei lalu kami
lakukan operasi Jagratara. Ke depannya sudah saya serukan untuk menggiatkan
operasi serupa, baik dalam skala lokal seperti Bali Becik maupun skala
nasional. Ini untuk membantu menjaga stabilitas keamanan nasional, memberikan
efek cegah agar tidak terjadi pelanggaran, serta menjaga kepercayaan publik
terhadap imigrasi," ujarnya.
Meski begitu, Silmy
berharap pihaknya tetap selalu waspada setiap waktu. "Kita harus sigap dan
waspada. Jangan sampai kebijakan yang seharusnya mendatangkan manfaat untuk
Indonesia malah kontraproduktif bagi negara," tutupnya. (ZIK/RN)
0 Komentar