Deputi Bidang koordinasi Peningkatan Kualitas Anak, Perempuam, dan Pemuda Kemenko, PMK Woro Srihastuti Sulistyaning (Foto:dok) |
”Kalau kita lihat,
ternyata masih banyak laki-lakinya. Tapi yang perlu kita cermati di sini adalah
adanya anak perempuan yang juga ternyata menjadi korban TPPO,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia
mengungkapkan bahwa, jika didetailkan lagi, jumlah korban terbanyak berasal
dari Kepulauan Riau (Kepri) yakni sebanyak 140 orang. Disusul Kalimantan Utara
(Kaltara) 130 orang dan Jawa Barat (Jabar) 79 Orang.
Hal itu disinyalir lantaran Kepri dan Kaltara merupakan wilayah yang berbatasan langsung dengan wilayah luar. Sehingga, jadi pintu “keluar-masuk” para sindikat TPPO dalam menyalurkan para korban. ”Kalau kita lihat, dari mana korban TPPO ini berasal? Paling banyak itu dari Malaysia, negara tetangga kita. Jadi ini yang juga menjadi catatan. Mungkin karena kita berbatasan langsung dengan Malaysia, sehingga mudah sekali yang namanya perdagangan orang itu terjadi,” papar Woro.
Angka korban di tahun
ini memang lebih rendah dibanding tahun lalu. Pada 2023, sebanyak 3.366 orang
tercatat menjadi korban TPPO. Kendati demikian, dia memastikan jika saat ini,
pihak Bareskrim Polri telah mengidentifikasi pelaku dan para korban TPPO ini.
Langkah ini pun
disertai dengan sinergi dari Kementerian Sosial (Kemensos) yang sudah menampung
dan memberikan rehabilitasi sosial. Termasuk, pembekalan kewirausahaan.
Sehingga, diharapkan para korban tak akan terkena bujuk rayu untuk kembali
“diperjualbelikan” ke luar negeri dengan iming-iming gaji besar padahal
sebaliknya. (TIM)
0 Komentar