PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk menggelar acara 'Ayo Minum Jamu' bersama 100 pedagang jamu di Kawasan Pabrik Sido Muncul, Semarang, Jawa Tengah (Foto:dok) |
Para pedagang jamu
tersebut datang dari berbagai daerah, seperti Jakarta, Semarang, Solo, dan
Yogyakarta. Pada kesempatan ini, mereka diajak berkeliling pabrik Sido Muncul
untuk melihat proses produksi produk-produk Sido Muncul yang telah menggunakan
teknologi modern.
Mereka juga diberikan
penyuluhan dan edukasi mengenai cara memproduksi jamu yang baik dan higienis,
langsung dari Balai Besar POM Semarang. Acara dilanjutkan dengan sesi minum
jamu bersama Direktur Sido Muncul Irwan Hidayat, Pengawas Farmasi dan Makanan
Ahli Madya Balai Besar POM Semarang Woro Puji Hastuti, Direktur Eksekutif GP
Jamu Jawa Tengah Stefanus Handoyo, dan para pedagang jamu.
"Adanya peringatan
Hari Jamu Nasional menandakan bahwa budaya minum jamu telah menjadi gaya hidup
sehat, karena masyarakat tahu akan khasiat dan manfaatnya bagi kesehatan.
Selain itu juga sebagai penanda bahwa jamu bisa mendunia dan merupakan warisan
budaya asli Indonesia," ujar Irwan Hidayat di Pabrik Sido Muncul,
Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang.
Irwan menyebut, eksistensi para pedagang jamu di Indonesia sangat berpengaruh terhadap kelestarian budaya minum jamu. Berkat mereka, budaya minum jamu ini dapat terus ada dan populer. "Meskipun jamu sekarang modern nih ada kapsul ada pil, ada cair, tapi ujung tombak kita itu yaitu para pedagang jamu. Kami selalu ingat bahwa mereka itu sangat berjasa mempopulerkan jamu. Kedua, meskipun jamu itu dikemas dalam bentuk modern tapi tradisi minum jamu jangan sampai hilang. Oleh karena itu kami butuh para pedagang jamu gendong," jelasnya.
Direktur Sido Muncul Irwan saat menyampaikan sambutan di acara 'Ayo Minum Jamu' bersama 100 pedagang jamu di kawasan Pabrik Sido Muncul, Semarang, Jawa Tengah (Foto:dok) |
"Pertama,
berterima kasih kepada Pak SBY. Saya juga terima kasih banyak atas nama
keluarga besar Sido Muncul kepada Anda sekalian yang telah mempopulerkan jamu
dari gang ke gang, dan jalan ke jalan tanpa kenal lelah dan mewariskan ke
anak-anaknya. Sekarang jamu modern pake kapsul, tapi kami tetap produksi yang
serbuk meskipun pedagang jamu makin berkurang. Saya salut semua penuh upaya
penuh usaha," ucap Irwan.
Irwan berharap, melalui produk-produknya, Sido Muncul dapat mengajak generasi muda untuk ikut melestarikan tradisi minum jamu dan mengangkat kembali eksistensi jamu di Indonesia yang mulai pudar. "Kami berkomitmen untuk terus mengembangkan jamu yang dikemas dalam bentuk modern agar lebih praktis untuk dikonsumsi, sehingga dapat menarik minat generasi muda untuk ikut melestarikan tradisi minum jamu, serta menjadi alternatif bagi masyarakat yang kurang menyukai aroma jamu yang terkesan pahit. Saya percaya ya, kalo negara semakin maju tradisi-tradisi yang seperti ini nanti semakin berharga," harap Irwan.
Sido Muncul sendiri
telah memiliki varian produk yang dikemas secara modern dalam bentuk soft
capsule yang sebelumnya diproduksi dalam bentuk serbuk dan cair. Contohnya,
produk Tolak Angin yang awalnya dalam bentuk serbuk, kemudian dikemas dalam
bentuk sachet (cair), kemudian dikembangkan kembali dalam bentuk soft capsule.
Ada juga varian jamu siap minum (ready to drink) yang dikemas dalam botol
seperti Jamu Lifestyle.
Sementara itu, Direktur
Eksekutif Gabungan Pengusaha (GP) Jamu Jawa Tengah Stefanus Handoyo
menambahkan, peringatan Hari Jamu Nasional penting untuk terus digelar demi
melestarikan budaya minum jamu di Indonesia. Apalagi jamu sudah ditetapkan oleh
UNESCO sebagai warisan Budaya Tak Benda.
"Jadi kita
tingkatkan bagaimana kita melestarikan budaya jamu itu kepada anak-anak
sekolah, tentunya kan harus dirawat. Setelah penetapan, tidak boleh langsung
hilang, kita harus tetap merawat yang ditetapkan UNESCO itu dengan cara kita
harus membuat program-program, salah satunya adalah jamu goes to school, ke
kampus-kampus," imbuh Stefanus.
Menurutnya, kegiatan ini juga penting untuk melestarikan dan memperkenalkan budaya minum jamu ke generasi muda. Stefanus mengaku, pihaknya juga telah menyasar komunitas jamu gendong di berbagai wilayah. "UNESCO sendiri minta kepada komunitas jadi kita yang sasar adalah komunitas jamu gendong, di Wonolopo, Piringan Jogja, kemudian ada di Muter dan sebagainya itu di situ," ungkap dia.
Senada dengan itu,
Pengawas Farmasi dan Makanan Ahli Madya Balai Besar POM Semarang Woro Puji
Hastuti mengapresiasi kegiatan yang digelar oleh Sido Muncul. Ia menjelaskan,
kegiatan ini sangat baik untuk melestarikan budaya minum jamu hingga generasi
selanjutnya.
"Ini harus terus
diinformasikan kepada generasi muda untuk terus menyukai jamu yang menjadi
warisan budaya. Kami dari BPOM Semarang juga terus mendorong dan mendukung baik
industri besar maupun para pengusaha jamu untuk menerapkan bagaimana
memproduksi jamu yang higienis, kemudian aman, bermanfaat untuk konsumen,"
kata Woro.
Program ini pun turut disambut antusias oleh para penjual jamu yang datang. Salah satu penjual jamu gendong, Ira Natalia (38) yang berasal dari Magelang. Di tengah kemajuan teknologi dan moda transportasi, ia mengaku tetap menjajakan jamu dengan cara tradisional, yaitu berkeliling dari satu rumah ke rumah untuk menjual jamu. "Pelanggan ada ibu-ibu menyusui, bapak-bapak juga. Jamu Anak Sehat kalau anak-anak, beras kencur juga. Di Magelang masih banyak peminat, ada yang buat nafsu makan juga," sebut Ira.
Kehadiran jamu modern dari Sido Muncul sangat membantu Ira saat menyiapkan bahan-bahan untuk membuat beberapa jamu. Meski begitu, masih ada beberapa jamu yang ia buat secara tradisional. "Iya, yang modern memudahkan kita. Tapi kita juga pakai rempah, terus juga kalau khusus jamu pahitan kita buat sendiri," terang Ira. (EL/TIM)
0 Komentar