(Foto:dok) |
Disusul usia 20-24
tahun sebanyak 261 kasus, usia 15-19 tahun sebanyak 68 kasus, usia di atas 50
tahun sebanyak 28 kasus, anak usia 0-4 tahun sebanyak 5 kasus, anak usia 5-14
tahun sebanyak 1 kasus.
Kepala Dinkes Bali I
Nyoman Gede Anom menilai tingginya kasus sifilis pada usia remaja atau usia 15
tahunan dipengaruhi faktor rasa ingin tahu dan pergaulan. “Ada juga faktor
kebebasan mengakses media sosial yang tidak dapat dipastikan kebenarannya dan
remaja mudah terpengaruh pergaulan di lingkungan yang mengarah ke perilaku
seksual," kata Anom.
Kasus sifilis paling
banyak terdeteksi berada di Kota Denpasar sebanyak 547 kasus, dengan kasus
paling tinggi terdeteksi pada usia 25-49 tahun sebanyak 352 kasus. Disusul
Kabupaten Badung sebanyak 256 kasus, dengan pasien usia 25-49 sebanyak 256
kasus.
Anom mengatakan, tingginya
kasus sifilis pada usia 25-49 tahun terutama di Kota Denpasar dan Badung
disebabkan mobilitas masyarakat dan kesadaran mendeteksi HIV/Sifilis lebih
tinggi. "Selain itu, akses layanan untuk tes HIV dan sifilis lebih
banyak," katanya.
Turun
dari tahun sebelumnya
Kasus tahun turun
dibanding tahun lalu. Jumlah kasus sifilis di Bali pada tahun 2023 lalu
sebanyak 1.694 kasus. Kasus terbanyak pada usia 25-49 tahun yang mencapai
1.109. Disusul, usia 20-24 tahun sebanyak 365 kasus, usia 15-19 tahun sebanyak 132
kasus, usia 50 tahun ke atas sebanyak 62 kasus, di bawah 1 tahun 20 kasus, dan
usia 1-14 tahun sebanyak 6 kasus.
Sifilis merupakan
penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Treponema pallidum yang menular
melalui aktivitas seksual. Sifilis berdasarkan gejalanya juga memiliki
tingkatan berbeda. Mulai dari sifilis sekunder hingga sifilis primer. Untuk
sifilis primer biasanya menimbulkan luka seperti melepuh di bagian infeksi. (TIM)
0 Komentar